img

Acara ini di hadiri oleh Warek I Dr. Ismail Sukardi, M.Ag., Dekan FITK Prof. Dr. H. Kasinyo Harto, M.Ag., Wadek II FITK Drs. H. Tastin, M.Pd.I., Wadek I Ussuludin Dra. Anisatul Mardiah, P.hD., serta mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2017 dan 2018 program magister FITK. Dimana mengundang narasumber yang berasal dari Direktur Perguruan Tinggi, Iptek dan Kebudayaan BAPPENAS Republik Indonesia Amich Al Humami, M.A., P.hD.

Dalam sambutannya Dr. Ermis Suryana, M.Pd yang selaku ketua pelaksana kegitan kuliah tamu ini mengucapakan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran bapak dan ibu serta mahasiswa dan mahasiswi, terutama kepada bapak narasumber yang telah menyempatkan diri untuk hadir dan membagikan ilmunya kepada kita semua, beliau mengatakan bahwasanya tujuan dari kegiatan ini untuk menambah wawasan ke ilmuan kita semua dalam rangka terus menrus menempah diri menyiapkan diri menjadi akademisi dan praktisi pendidikan yang nantinya mampu mengaktualisasikan pendidikan islam di dalam dinamika dunia global.

Dr. Ismail dalam sambutannya juga mengatakan bahwa untuk menciptakan atmosfer akademik untuk mahasiswa-mahasiswa trutama mahasiswa baru angkatan 2017 dan 2018 agar dapat merefresh dan menerima wawasan baru yang lebih aktual tentang dunia akademik pendidikan tinggi. kemuadian setelah memberikan sambutan beliau langsung secara resmi membuka kegiatan kuliah tamu tersebut.

Masuklah pada acara inti dimana paparan materi dari narasumber tentang “Kontekstualisasi Pendidikan Islam Dalam Dinamika Pemikiran Global” beliau menceritakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bagian yang integral dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan agama Islam diajarkan pada setiang jenjang pendidikan formal dengan tujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.  Namun realitanya, hal tersebut belum terealisasi secara baik yang ditandai dengan semakin meningkatnya eskalasi tingkat kenakalan peserta didik, bahkan mengarah mengarah kepada budaya premanisme. Hal ini menindikasikan kegagalan pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai agama sebagai basis pembentukan moralitas di kalangan peserta didik. Pendidikan agama Islam yang selama ini diimplementasikan lebih menekankan pada pengusaan aspek kognitif, materi yang diajarkan tidak kontekstual, sehingga  peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kontekstualisasi pendidikan agama Islam dengan terlebih dahulu melakukan perubahan paradigma dalam sistem pendidikan agama Islam. Paradigma yang selama ini dipegang masih bersifat tradisional-teosentris (normatif-tekstual, yang berangkat dari pemahaman keagamaan yang cenderung eksklusif, fanatik dan fatalisme. Paradigma tersebut harus berubah ke  paradigma teo-antroposentris, yaitu suatu pandangan yang berangkat dari  pemahaman keagamaan yang inklusif-rasional dan kontekstual